Kamis, 28 Agustus 2008

Same Sign Different Intepretation

Tadi padi jam 0615 aku berkendaraan dari arah perumahaan Green Ville menuju Tanjung Duren.
Dari arah berlawanan tepat di gerbang perumahan Green Ville Tahap I sebuah mobil mewah menyalakan lampu depan beberapa kali, aku senang sekali ternyata ada pengendara mobil "memberikan jalan". Padahal sebenarnya si pengendara tersebut tidak perlu menyalakan lampu depannya beberapa kali, karena menurut peraturan lalu lintas, kendaraanku mempunyai perioritas jalan.

Memang lamban aku berkendaraan, ketika berpapasan mobil tersebut membuka jendela dan muncul wajah muda ganteng sekali layaknya bintang film; Namun sayangnya ketika aku mau ucapkan terima kasih, eh pemuda tersebut melotot sambil teriak: "Matanya kemana? Apa tidak melihat tanda lampu yang gue nyalakan !!!"

Aku bengong..... karena kebiasaan mengemudi di Jerman "Menyalakan Lampu Depan" berarti "Memberikan Perioritas Jalan kepada Kendaraan di depannya"; sedangkan kepada yang tidak mempunyai Perioritas Jalan ya tidak mempunyai Hak untuk "Meminta Jalan"

Karena memang tidak masuk Undang-undang Lalu lintas, maka kita perlu tanya: mana yang perlu kita ikuti?? "Menyalakan Lampu berarti berbesar hati Memberi Jalan" atau "Menyalakan Lampu berarti Ini Gue Yang Kuasa and Gue Minta Jalan".

Permisi

Sabtu, 23 Agustus 2008

Anak & Pakaian di Trade Fair

Pagi yang cerah di JIExpo, ngopi bersama teman penyelenggara Trade Fair dari negeri Jiran ... ditemani oleh teman dari percetakan di Yogya...

Lalu lalang pengunjung pameran berdatangan, dan terlintas oleh teman tersebut seorang anak bercelana pendek dengan bapaknya, segera teman saya nyeletuk "kalo di pameranku mereka tidak diperkenankan masuk, mereka harus ganti pakaian dulu..."

Aku langsung sedikit garang, karena di FGDexpo nggak apa-apa, lalu terjadilah dialog yang cukup seru (tapi disingkat saja):
aku: "apakah ada keharusan memakai pakaian jenis tertentu untuk masuk sebuah pameran dagang?"
teman: "itu (bercelana pendek) kan bukan pakaian resmi, dan anak-anak dilarang masuk bisa berbahaya karena anak-anak sulit untuk diawasi...."
aku: "lalu? ...."
teman: "mereka harus ganti pakaian pulang kek, mau pinjam pakaian kek terserah, pokoknya nggak bisa masuk pameranku" (wah seperti Casino tempat judi di Genting Highland ya...)

Hatiku mulai panas, mengingat pengalamanku beberapa tahun lalu...

ngajak anak ke pameran grafika di Singapore Expo, jauh-jauh dari hotel di sekitar Orchard Road naik bus umum (maklum mau hemat ongkos, dan kebiasaan lha...) ke daerah Changi Airport, janjian meeting dengan supplier besar asal Singapore.
Meskipun masuknya aku gandeng, di pintu masuk pameran anakku dicekal, berulang kali aku memohon untuk masuk tetap dilarang, padahal aku berpikir siapa tahu anakku bisa belajar menyukai grafika... tapi apa boleh buat memang nasib anakku dilarang masuk oleh penyelenggara.
Karena sudah ada janji, ya aku tinggalkan sebentar untuk ngajak teman supplier Singapore tersebut, bergegas masuk dan minta meeting di Lobby Pameran (kan bisa ditemani anakku) .... tapi kekecewaan kualami kembali, rupanya teman supplier besar asal Singpore lebih asyik jaga stand pamer padahal banyak anak buahnya berkeliaran dalam ruang pamer tersebut...
Karena khawatir dengan anak sendirian, aku segera pamit dan kembali ke Lobby.
Segera aku tinggalkan Singapore Expo menuju Bugis Junction cari makanan & kami sangat menikmati "Jalan-jalan di Singapore"

Ternyata paradigma teman penyelenggara pameran tersebut tidak berbeda dengan penyelenggara pameran di Singapore waktu itu.
Sangat bertolak belakang dengan Aturan yang kita terapkan di FGDexpo Jakarta dan EDGE Surabaya ...

Juni yang lalu aku terima telpon calon pengunjung EDGE dari Magelang, tanya apakah boleh ngajak seorang anaknya? Aku katakan "why not... kok satu ... mau sepuluh nggak apa-apa kok..., silakan berkunjung ke EDGE"

Kembali ke soal Pakaian dalam berkunjung ke Trade Fair, aku cuma berpikir:
1. Kriteria "sopan" kan relatif ya... lihat saja banyak penjaga pameran yang pakaiannya menggiurkan apakah ini "sopan", kalau "sopan" bagaimana kalau semua pengunjung wanita diharuskan pakai pakaian yang sama..., kan seru?
2. Apakah dalam Trade Fair pakaian adalah significant? bukankah uang yang menjadi "Tolok Ukur" karena pakaian tidak bisa membeli mesin selain uang...

Diskusi selesai aku lihat-lihat dalam pameran, eh... tidak lama di depan stand Microlux aku disapa sepasang anak muda... "pak masih ingat kami? ... kami ex. murid Bapak di ATGT (Akademi Teknologi Grafika Trisakti) ... sekarang kami buka Digital Printing di Depok, mesinnya beli saat FGDexpo2007..."
ah.. Andaikata kita melarang para pelajar masuk ke FGDexpo2007, tentu tidak ada Surya Digital Printing di Depok.....

Oke sekarang aku jadi bingung.... apakah pikiranku benar atau salah, kalo salah kita perbaiki di FGDexpo dan EDGE,...

komentar welcome....