Sabtu, 20 Maret 2010

(lebih) Memberdayakan Industri Grafika Nasional melalui Peningkatan Lembaga Pendidikan - Part 2

Pagi hari jam 06.30 Kamis tanggal 18 Maret 2010 saya dijemput Marchadi berangkat dari kawasan Grogol menuju arah Depok memenuhi undangan PNMK - Politeknik Negeri Media Kreatif atau PoliMedia dalam acara Launching oleh Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh. Acara dimulai tepat waktu, meskipun sang Menteri terpaksa mendampingi Presiden tidak dapat hadir, seremonial dilakukan oleh Sang Wakil Mendiknas Fasli Jalal.

Saya menikmati acara dengan perasaan hati berdecak kagum, mulai dari tamu VVIP dari kalangan pengambil kebijaksanaan untuk pendidikan di pemerintahan hingga pemegang keputusan perusahaan-perusahaan grafika nasional seperti Misbahul Huda Presiden Direktur PT Temprina Jawapos Group sendiri menyempatkan datang serta ketua asosiasi dan forumFGD; muka-muka yang tidak asing bertemu berbincang-bincang disela-sela waktu yang ada bak reuni grafika nasional digedung ex. Pusgrafin. Pembangunan gedung masih dalam progress, tetapi perlengkapan canggih produksi grafika yang merupakan perlengkapan vital untuk praktek mahasiswa sudah didemonstrasikan dengan baik, ada Computer To Plate, mesin Cetak Beiren khusus pencetakan 1 warna 2 sisi, mesin cetak digital hitam putih Oce, cetak digital warna HP Indigo dan sebuah studio fotografi modern dengan Digital Camera Medium Hasselblad melengkapi jajaran peralatan yang sudah ada sebelumnya.

Sore harinya kita diundang makan malam oleh panitia untuk mengapresiasi kedatangan dan dukungan tamu-tamu luar negeri Ms. Cristina dari Kodak, Mr. Cai dari Sanxin dan Mr. Jogesh dari Pressline dan pihak tuan rumah hadir lengkap dari direktur Bambang Wasito Adi, pembantu-pembantu direktur Sarmada, Purnomo Ananto, Noor Riyadhi dan Zalzulifa. Sekali lagi salut buat tuan rumah karena saya tahu mereka sedang mengikuti acara raker Politeknik seluruh Indonesia di Bidakara.

Babak kedua sudah dimulai pembangunan fisik sarana dan peralatan untuk menempa SDM-SDM Grafika yang handal sudah dilakukan. Keseriusan pemerintah ikut membangun SDM grafika yang diwujudkan melalui PoliMedia perlu ditindak lanjuti. Semoga keberadaan mesin-mesin yang canggih tersebut bukan hanya berakhir pada alat pajang semata, manajemen akademis perlu disesuaikan, terutama berupa penyempurnaan perkuliahan yang memanfaatkan teknologi grafika terkini dan peningkatan mutu pendidik dan dosen dikalangan PoliMedia sendiri.

Di satu sisi pembangunan fisik seperti gedung perkuliahan 12 lantai dan pembukaan program studi baru guna mengantisipasi kebutuhan industri grafika nasional perlu mendapat dukungan kita bersama, disisi lain penyediaan tenaga pendidik dan dosen bukan persoalan yang mudah. Memang ada upaya terobosan-terobosan yang segera direalisasikan di republik ini yaitu mempercepat proses peningkatan kompetensi mengajar yang linear dibidang teknologi modern grafika, dan sebagai Ketua Umum Asosiasi Teknologi Grafika dan Media Indonesia (ATGMI) yang sekarang ini gencar-gencarnya mempromosikan penerapan Standar Mutu Cetak PSO/ISO 12647-2 di percetakan ofset litografi Indonesia, saya bermimpi bahwa ada kewajiban dosen-dosen juga memiliki sertifikasi semacam yang saya miliki yaitu UGRA Cerified Expert.

SDM yang ada didunia industri grafika perlu ditingkatkan mutu kompetensinya, proses penerbitan SKKNI (Satuan Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dibidang grafika yang berdasarkan pada standar proses kerja yang bermutu internasional harus diaktifkan kembali. Saya berpikiran sederhana... adopsi PSO/ISO 12647-2!. SKKNI inilah yang menjadi landasan kerja dan legal pendirian sebuah LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) bidang Grafika yang hingga hari ini tak kunjung berdiri.

Pagi ini genap 2 tahun usia blog ini dan sambil menikmati satu hari kelahiran diri sendiri ... melihat masa depan yang cerah di Industri Grafika Nasional. 2 tahun sudah ada tunas pohon besar yang tumbuh seperti PoliMedia juga ada pohon kecil seperti ATGMI.

Bravo Grafika Indonesia



Kamis, 15 Januari 2009

(lebih) Memberdayakan Industri Grafika Nasional melalui Peningkatan Lembaga Pendidikan - Part 1

Oktober 2008 pemerintah mengubah Pusat Grafika Indonesia (sering disingkat Pusgrafin) menjadi lembaga pendidikan Politeknik Negeri Media Kreatif (PNMK); Perubahan yang tidak serta-merta dan berjalan mulus bak membalikan tangan akhirnya tuntas juga.

Sebagai praktisi grafika saya termasuk orang yang sangat menyambut gembira perubahan ini, karena di negara yang besar ini harus ada yang melakukan 3 aktifitas peningkatan mutu (SDM) industri grafika melalui:

  1. Pendidikan Formal, terutama jenjang D3, D4 maupun jenjang yang lebih tinggi – lulusannya diharapkan dapat mengisi posisi mulai asisten penyelia hingga manajer
  2. Pelatihan dan Lokakarya, untuk peningkatan dan pengembangan pengetahuan SDM grafika yang ada – sertifikasi melalui pelatihan dan lokakarya yang mempunyai standard industri ini boleh menjadi pertimbangan untuk dapat diakui dalam industri grafika nasional
  3. Penelitian, Pengembangan dan Standarisasi, untuk proses dan bahan baku dalam industri grafika – kegiatan penelitian dan pengembangan tidak mudah dilakukan tanpa campur tangan lembaga-lembaga terkait terlebih yang memiliki anggaran riset seperti pemerintah

Pertanyaan yang timbul sekarang, apakah lembaga seperti PNMK ini mampu melakukan ketiga hal tersebut diatas?

Jawabannya memang tidak mudah, semua tahu bahwa ketiga aktifitas tersebut diatas hanya akan menjadi angan-angan, kalaupun ada intensi mengimplementasikannya jangan-jangan seperti "hangat-hangat tai ayam"; Menurut saya harus ada Manifesto di Jajaran Petinggi PNMK kearah ini, karena jabatan Direktur PNMK tidak selamanya dipegang oleh satu orang seperti Bambang Wasito Adi. Semoga ganti pimpinan tidak otomatis mematikan segala aktifitas yang sangat kondusif dan menjanjikan ini.

Jangka panjang benefit pasti akan dinikmati oleh industri grafika nasional (nota bene: rakyat Indonesia), mencari SDM yang mumpuni tersedia, mau meningkatkan pengetahuan SDM tersedia dan mau menerapkan standard (yang bertaraf internasional pun) bisa dilakukan di negeri sendiri.

Outputnya..... dengan SDM yang handal dan bertanggung jawab dan penerapan standard yang berkesinambungan industri grafika nasional harus bangkit dan mandiri.

Salam Grafika

Minggu, 26 Oktober 2008

Pendidikan - Industri harus saling melengkapi

Industri Grafika Nasional ini memang unik, saya tidak pernah berhasil menganalisa:
  • kompetensi apa saja yang dibutuhkan agar seorang dapat link & match dengan percetakan?
  • percetakan manakah yang membutuhkan SDM setingkat lulusan SMK dan D3, andaikata butuh berapakah yang dibutuhkan?

Tapi yang saya tahu pasti:
  • institut pendidikan nasional belum dapat menalarkan semua kompetensi dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri, demikian juga mungkin jumlahnya pun masih belum memadai.
  • percetakan belum / tidak tahu informasi tentang SMK Grafika di Indonesia maupun Akademi / Politeknik Jurusan Grafika, baik kualitas materi pengajaran maupun kuantitas SDM yang dapat ditelorkan setiap tahunnya.
Padahal Industri Nasional tidak pernah akan kokoh tanpa ada SDM yang handal serta pusat-pusat pelatihan dan riset penelitian yang nantinya dapat menelorkan standar-standar industri yang memiliki kompatibilitas dengan standar internasional.
Khususnya Industri Grafika, strata perusahaan yang ada di Indonesia ini sangat variatif serta banyaknya kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok, membuat komunikasi pun sulit dirajut dengan sempurna.

Forum FGD yang mulai menjalin kerjasamanya dengan Politeknik Negeri Jakarta dan Politeknik Negeri Media Kreatif dengan memberikan program-program yang seyogyanya dapat menjembatani komunikasi ini, selain pengetahuan / ilmu yang spesifik juga lapangan tempat untuk penelitian dalam pembuatan Tugas Akhir mahasiswa yang dapat menambah wawasan mahasiswa, yang pada akhirnya kebutuhan SDM handal dapat terpenuhi.

Melalui milist saya ingin mensosialisasikan program ini, semoga teman-teman pengusaha, pemegang keputusan dalam industri grafika dapat berkenan memberikan sumbangan pemikiran, waktu serta menyediakan peluang bagi anak didik kita.
Ayo dukung program ini, tulislah komentar, kritik dan saran. Tulislah bidang dan kapan teman-teman mempunyai waktu senggang untuk dapat melaksanakan tugas mulia ini.

Salam Grafika.....

Minggu, 12 Oktober 2008

Packaging untuk UKM (berpotensi).

Marchadi wrote:

PACKAGING untuk UKM (berpotensi).
Memang baik, kalau mendapat gayung bersambut dari pembaca "Blog" yang
ya..kita bisa focuskan pada perkembangan UKM yang murni, pengusahan murni yang perlu berkembang.
kita bisa buat pilot project dengan mengglang UKM yang pernah dijamah; Dinas perindustrian kementrian Desa tertinggal,
pemprov, univ Petra, Stikom, dll
Didaerah sangat potensial dengan hasil bumi setempat sebagai mata pencaharian.
sebut saja rumput laut,
Program bisa dimulai dengan :
Makanan atau produk lain yang "bukan makanan" atau kita mulai dari Produk khusus Makanan
atau pada semua bidang dipelajari dulu, mana yang menjadi prioritas.
atau pada semua segmen berjalan paralel, tergantung masing-masing daerah.
Kita mulai advise, Seperti yang dituturkan Sdr. Yoga (Pura Group) memberi semacam penyuluhan / work-shop (istilah kerennya Seminar).
1. Target pada produsen UKM : produsen makanan, penggrajin, petani pengolah hasil bumi (rumput laut, kayu manis..dll)
- Kita beri pengertian bahwa packaging itu essential.. memperpanjang expired date, ada unsur kesehatan, promotion
value added, quality, registered trade merk... bla...bla....bla....
- Kita arahkan mereka membuat suatu standard dalam produk mereka
- kalau makanan yah....memenenuhi syarat lah...FDA, tanpa B3 (bahan beracun berbahaya)
- Packaging yang baik bisa menghapus pemakaian preservation / pengawet.
- Tentunya ditambah Manajerial praktis, betul Pak Yoga...
2. Bagi pengusahan packaging (converter), kita ajak / drive untuk :
- Menyiapkan packaging khusus untuk UKM tadi
- Mensuplai packaging langsung kepada penghasil produk tadi
sehinggu mereka melakukan FILLING & sealing, untuk siap dipasarkan.
3. Alternative ketiga : Ada Big Buyer yang membeli (collect) dari beberapa produsen untuk dikemas dan diberi merek sendiri (trade merk)
nah setelah mencapai standard bisa masuk: Alfa, Indomaret, Carrefour, Hypermart, Giant, Makro....
atau sebagai tahap pertama dalam uji & jajak konsumen, paling tidak masuk pasar tradisional, toko tradisional, dll.
- Ini dilakukan jika penghasil produk tidak berkemampuan mendistribusikan / menjual sendiri.
- Resikonya, barang tidak seragam jika dicollect dari beberapa tempat tapi dikemas dalam satu merek yang sama.
Supaya proses up-grading sempurna, artinnya berjalan natural step by step, maka tidak atau jangan ada usaha
mengembungkan mereka (diberi investasi / pinjaman kredit), semua harus terukur. karena kalau tidak bisa merugikan mereka sendiri.
Peralatan cukup mahal.
Tentu harus ada converter / packaging yang mensupply UKM tersebut
sebut saja : Carton Pack (Dus Duplex), Flexipack ataupun Hard-apck (Plastic container), dll.
Sementara UKM tidak dibebani dahulu dengan urusan membuat Packaging, cukup mereka dibantu Design saja.
UKM membeli saja perusahaan packaging,
Jadi intisarinya adalah harus ada 4 mata rantai yang terus melingkar terintegrasi antara :
1. Produsen Produk (UKM)
Harus yang Potensi sudah mandiri memiliki visi untuk maju dan siap berkembang bukan yang siap dikembungkan.
artinya mampu dan ingin mengembangkan usahanya (bukan dipaksa dikembungkan, ditawarkan fasilitas pinjaman
diberi bantuan...bla....bla..atas nama program tertentu.....), Ini harus dicegah dan dihindari dari awal.
2. Institusi Design yang siap membantu
Dipungut biaya design asal reasonable, UKM membayar design, walaupun murah tapi tidak GRATI"S, karena akan salah mendidik UKM.
yang free hanya penyuluhan, nanti jika sudah ada manfaatnya dan ada budgetnya UKM baru bisa mau bayar....komersial nihh yech....
3. PACKAGING CENTER / Perusahaan yang membuat Packaging
Lebih baik dari daerah sendiri atau secara regional, ada yang koordinasi untuk memenuhi kebutuhan packaging mereka
UKM membeli Packing, bukan fasilitas bukan diberi hutang dll....jadi pembelian packaging dianggarkan disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan UKM.
Ini juga diutamakan dari percetakan yang sudah exist didaerah tersebut, atau dalam jarak tertentu / regional,
Jika Pemprov yang membangun unit Packaging center akan baik sekali.
Pakar Packaging dari FGD dan supplier mesin bisa terlibat membantu menyusun mesin & peralatan.
Karena rantai proses membuat packaging panjang sekali, maka bisa saja sebagian perlu dikerjakan di kota besar mengingat
alat / mesin yang sangat mahal dan belum di dipakai optimal.
4. Financing / Banking
Jika diperlukan dari pendanaan pihak financial / Bank, bisa diberi rekomendasi pada institusi keuangan, hannya UKM yang berpotensi.
Banyak pihak Bank / Pendanaan merinding mendengar kata UKM, Bank bisa menolak dengan berbagai alasan; yang paling populer adalah
JIka badan usaha yang jelas keberadaan dan syarat administrasi belum lengkap; Akte usaha (UD, CV atau ..perorangan, siup, dll..)
. maka ada pihak ke 3 siap beraksi dan bersaksi .., nah....inilah kendalanya..jadilah..B3 Mangkanya itu kan bukan UKM, namanya.
Definisi UKM itu pengusaha sejati lho.. padat modal, perlu ditunjukkan kepada pihak Penyangdang dana (Bank), jadi jangan salah kaprah
dan salah bidik, ya neng !!..
5. Big Buyer / Distribusi, Kadin-da, Export market ?
Tentu tidak semua produsen UKM dapat menjual semua produknya, mereka selama terbatas penyebaran dan promosi produknya.
Ini yang paling penting, bagaimana membantu / menjamin produk UKM yang ditingkatkan baik mutu / volume, tersebut dapat diserap pasar
(local & export) sehingga dipastikan pendapatan UKM naik, makanya distribusi / penjualan menjadi pokok.
Nach...ini Formula nya yang dibentuk dengan adil, tidak memojokan UKM dengan menekan harga beli dari UKM.
UKM diajak ber-negosiasi menghitung costing & price, bargaining.
Nah, jika ini berjalan systemnya, maka bisa menyumbang banyak hal, mulai dari kesejahteraan sang UKM produsen sendiri langsung, pendapatan daerah.
penyerapan tenaga kerja, promosi daerah cepat terangkat dengan mengenal produk unggulan produk asal dareah tersebut. meningkatkan daya saing daerah.
mengurangi urbanisasi. dll...bla...blaaa idealnya begitu !
Apakah benar begitu ?
Salam,
Marchadi.

Kamis, 28 Agustus 2008

Same Sign Different Intepretation

Tadi padi jam 0615 aku berkendaraan dari arah perumahaan Green Ville menuju Tanjung Duren.
Dari arah berlawanan tepat di gerbang perumahan Green Ville Tahap I sebuah mobil mewah menyalakan lampu depan beberapa kali, aku senang sekali ternyata ada pengendara mobil "memberikan jalan". Padahal sebenarnya si pengendara tersebut tidak perlu menyalakan lampu depannya beberapa kali, karena menurut peraturan lalu lintas, kendaraanku mempunyai perioritas jalan.

Memang lamban aku berkendaraan, ketika berpapasan mobil tersebut membuka jendela dan muncul wajah muda ganteng sekali layaknya bintang film; Namun sayangnya ketika aku mau ucapkan terima kasih, eh pemuda tersebut melotot sambil teriak: "Matanya kemana? Apa tidak melihat tanda lampu yang gue nyalakan !!!"

Aku bengong..... karena kebiasaan mengemudi di Jerman "Menyalakan Lampu Depan" berarti "Memberikan Perioritas Jalan kepada Kendaraan di depannya"; sedangkan kepada yang tidak mempunyai Perioritas Jalan ya tidak mempunyai Hak untuk "Meminta Jalan"

Karena memang tidak masuk Undang-undang Lalu lintas, maka kita perlu tanya: mana yang perlu kita ikuti?? "Menyalakan Lampu berarti berbesar hati Memberi Jalan" atau "Menyalakan Lampu berarti Ini Gue Yang Kuasa and Gue Minta Jalan".

Permisi

Sabtu, 23 Agustus 2008

Anak & Pakaian di Trade Fair

Pagi yang cerah di JIExpo, ngopi bersama teman penyelenggara Trade Fair dari negeri Jiran ... ditemani oleh teman dari percetakan di Yogya...

Lalu lalang pengunjung pameran berdatangan, dan terlintas oleh teman tersebut seorang anak bercelana pendek dengan bapaknya, segera teman saya nyeletuk "kalo di pameranku mereka tidak diperkenankan masuk, mereka harus ganti pakaian dulu..."

Aku langsung sedikit garang, karena di FGDexpo nggak apa-apa, lalu terjadilah dialog yang cukup seru (tapi disingkat saja):
aku: "apakah ada keharusan memakai pakaian jenis tertentu untuk masuk sebuah pameran dagang?"
teman: "itu (bercelana pendek) kan bukan pakaian resmi, dan anak-anak dilarang masuk bisa berbahaya karena anak-anak sulit untuk diawasi...."
aku: "lalu? ...."
teman: "mereka harus ganti pakaian pulang kek, mau pinjam pakaian kek terserah, pokoknya nggak bisa masuk pameranku" (wah seperti Casino tempat judi di Genting Highland ya...)

Hatiku mulai panas, mengingat pengalamanku beberapa tahun lalu...

ngajak anak ke pameran grafika di Singapore Expo, jauh-jauh dari hotel di sekitar Orchard Road naik bus umum (maklum mau hemat ongkos, dan kebiasaan lha...) ke daerah Changi Airport, janjian meeting dengan supplier besar asal Singapore.
Meskipun masuknya aku gandeng, di pintu masuk pameran anakku dicekal, berulang kali aku memohon untuk masuk tetap dilarang, padahal aku berpikir siapa tahu anakku bisa belajar menyukai grafika... tapi apa boleh buat memang nasib anakku dilarang masuk oleh penyelenggara.
Karena sudah ada janji, ya aku tinggalkan sebentar untuk ngajak teman supplier Singapore tersebut, bergegas masuk dan minta meeting di Lobby Pameran (kan bisa ditemani anakku) .... tapi kekecewaan kualami kembali, rupanya teman supplier besar asal Singpore lebih asyik jaga stand pamer padahal banyak anak buahnya berkeliaran dalam ruang pamer tersebut...
Karena khawatir dengan anak sendirian, aku segera pamit dan kembali ke Lobby.
Segera aku tinggalkan Singapore Expo menuju Bugis Junction cari makanan & kami sangat menikmati "Jalan-jalan di Singapore"

Ternyata paradigma teman penyelenggara pameran tersebut tidak berbeda dengan penyelenggara pameran di Singapore waktu itu.
Sangat bertolak belakang dengan Aturan yang kita terapkan di FGDexpo Jakarta dan EDGE Surabaya ...

Juni yang lalu aku terima telpon calon pengunjung EDGE dari Magelang, tanya apakah boleh ngajak seorang anaknya? Aku katakan "why not... kok satu ... mau sepuluh nggak apa-apa kok..., silakan berkunjung ke EDGE"

Kembali ke soal Pakaian dalam berkunjung ke Trade Fair, aku cuma berpikir:
1. Kriteria "sopan" kan relatif ya... lihat saja banyak penjaga pameran yang pakaiannya menggiurkan apakah ini "sopan", kalau "sopan" bagaimana kalau semua pengunjung wanita diharuskan pakai pakaian yang sama..., kan seru?
2. Apakah dalam Trade Fair pakaian adalah significant? bukankah uang yang menjadi "Tolok Ukur" karena pakaian tidak bisa membeli mesin selain uang...

Diskusi selesai aku lihat-lihat dalam pameran, eh... tidak lama di depan stand Microlux aku disapa sepasang anak muda... "pak masih ingat kami? ... kami ex. murid Bapak di ATGT (Akademi Teknologi Grafika Trisakti) ... sekarang kami buka Digital Printing di Depok, mesinnya beli saat FGDexpo2007..."
ah.. Andaikata kita melarang para pelajar masuk ke FGDexpo2007, tentu tidak ada Surya Digital Printing di Depok.....

Oke sekarang aku jadi bingung.... apakah pikiranku benar atau salah, kalo salah kita perbaiki di FGDexpo dan EDGE,...

komentar welcome....

Selasa, 22 April 2008

Marchadi's Concept

Dear Oline,

Ternyata every the first bring the good impression.
apa lagi Vash&Cho sudah dianggap rumah sendiri ya.
Saya lihat HP dan CFS sudah melakukan FGD dalam FGD, membuat Focus Group Discussion untuk Forum Grafika Digital,
sudah jadi structure untuk summits 10yr FGD, it was great. ruuuuaarrrrr biasa.

Disini peran GS tetap sangat penting dan strategis, menurut saya lebih dari sekadar me-manage FGD.
Karena memanage itu gampang-gampang sulit tapi kan bisa dijalankan dengan sendirinya oleh executive di FGD.
Peran yang lebih penting, sebagai steering commite, akan memetakan, menetapkan tujuan dan memberi arah kepada captain.

Pak Henky, Pak Felix juga bisa berperan banyak dalam melakukan R&D ditubuh FGD, terutama melihat point mana yang perlu ditumbuhkan
menurut saya, tidak hanya yang berhubungan dengan Flexible packaging, tetapi lebih luas.
syukur-syukur bisa dimulai dengan Plastic printing, itu menurut saya "belum" dimainkan oleh wadah yang ada, apapun nama wadah tersebut.
Bicara Packaging, asosiasi orang segera menuju ke Flexipack, memang itu benak yang pertama timbul, karena seolah yang disebut PACK ialah sesuatu kemasan yang ada proses "membungkus" dan "Sealed".
Dan teknik dan ragamnya pun banyak sekali, sangat dekat dengan kebutuhan kita se-hari2, terutama makanan (life style).

Dari pada kedua gentlemen ini .....belum mengaummm..
Jadi, misalnya Flexipack bisa ditampilkan atau paling tidak disisipkan di Summits ini, sebagai tunas dalam FGDExpo09, mimpi saya.
Kita bisa mulai menduplikasi ketika FGD 10thn yang lalu, yaitu memberikan seminar tentang Flexipack;
- Dimulai dengan pengetahuan bahan, pelapisan beberapa jenis bahan sebagai syarat memenuhi sifat content itu sendiri
- Jenis bahan dan fungsi masing pada aplikasinya, terutama untuk makanan harus sesuai FDA atau bebas BBB
- Aplikasi teknologi yang optimal, tidak perlu mahal tetapi bisa diterima.

Yah, nanti kita bisa perluas ajak praktisi / pakar ke FGD.
misalnya; Pak Darmadi (Avesta / kalbe group), Pak Urip & Pak Willem dari Plasindo Lestari.
dan Pak Pek Kok Hin, bisa diundang untuk suatu TALK SHOW.
Kita bisa ajak Pak Thomas Darmawan (Pak Pek pernah minta saya sekalian ketemu Pak Thomas).


Pameran Flexipack ?
Memang Pameran mesin Flexipack, dalam hal ini Rotogravure apalagi Flexo, belum bisa memikat pengunjung.
masalahnya :
- Mesin & teknology tidak pernah dipamerkan,
- Agen mesin Flexipack tidak banyak yang memegang merek mesin-mesin terkenal.
- karena market tidak besar, maka mesin merek terkenal tidak perlu pameran di Indonesia, mereka berpameran paling sedikit scope Asia.
- Printer Flexipack tidak sebanyak Carton pack atau Digital printing.
- Printer Flexipack umumnya besar karena harus memiliki mesin sendiri secara intregated (inhouse process, tidak ada out-sourcing), dan tidak bisa mendapatkan pengetahuan di Indonesia, mungkin selalu ketinggalan bahkan memang tidak tersedia di Indonesia.
- Mesin-mesin process Flexipack mahal sekali dan tidak bisa dicari "substitution" untuk second opinion, mesin murah...
tidak selalu begitu..lain dengan carto pack, bisa cari mesin murah dari China misalnya.
+ Dasarnya para Printer Flexipac tidak perlu cari dan tidak butuh ilmu yang disajikan di Indonesia...nga level....nga selerra...


Kalau begitu mau apa ?
Kita perlu kembangkan Flexipack untuk kepeluan yang lain / market yang lain.
Karena ada kebutuhan disisi lain pasar yang ada:
- Banyak barang perlu dikemas, yang tidak perlu se-sempurna yang ada dalam arti kwalitas cetak,
- Design yang lebih sederhana, tetapi tetap memenuhi syarat kemasan (tidak bocor misalnya).
- Harga (relatif murah) lebih ekonomis sesuai kebutuhan
- Kwantitas bisa minimum, tetapi item banyak jenis.
- Delivery Cepat

Dimana ?
Kalau bisa dikembangkan di daerah.
daerah tentunya juga banyak pengusahan yang potensial.
tetapi jika ditunjang teknologi, dan didukung supply raw material yang cukup
pasar bisa di create sendiri oleh cukong-cukong tersebut.
nah....kalau gitu kan syarat sudah memenuhi..kan visible.

Sebenarnaya tidak juga melulu diarahkan ke dareah, yah tidak mudah membangun suatu investasi.
Kebutuhan itu ada di jakarta dan akan lebih banyak didaerah.
Pak Pek Kok Hin sendiri pernah bicara dengan saya dan antusias untuk mengembangkan Flexipack yang second choice ini.

Pasarnya yang mana ?
pasarnya untuk kemasan barang2 dari pengusaha menengah.
Saya tidak bicara UKM ala Pemerintah indonesia
karena UKM yang dimaksud adalah sekelompok usahawan yang di "design" melalui suatu calo "lembaga" untuk pinjam uang dan tidak dikembalikan.
saya tidak bicara UKM yang macam ini.
Tetapi pengusaha kecil yang sejati dan gesit.
Produk yang butuh kemasan bisa kripik padang Christine hakim, d.l..

tapi awassss?
Dasarnya orang indonesia itu kreatif, jika sudah bisa buat kemasan Flexipack, maka yang dibungkus bukan Kripik,
tetapi pemalsuan, wah....repot deh.
Banyak orang yang ingin kaya mendadak, sebut saja; pemalsuan extra JOSS, adem sari
atau barang bentuk sachet lainnya.
Apa mau mereka menanam BOM waktu sendiri..apa pandangan saya salah ?
salah dimana, salah dari awal atau cuma salah di akhir kesimpulan, jadi pusing sendiri.
jadi mendingan suruh Osamu Tezuka meng "KOMIK"kan dulu.
wah..kalau gitu batal dech ide saya perlu dikaji ulang-alik dech...padahal udah cape-cape ketik,
dan saya mau mandi sekarang, sampai ketemu besok project ISO.

salam,
Marchadi.